Apakah saudara/i pernah membaca atau mendengar tentang femtosecond? Mungkin kalau kata “second” sangat sering kita dengar, baca, dan bahkan gunakan. Apalagi kalau sudah belajar tentang kecepatan, misalnya kecepatan benda yang besarannya diberikan satuan meter/second (m/s) atau laju reaksi yang besarannya diberikan satuan molaritas/second (M/s). Jika kita menerjemahkan kata “second” ke dalam Bahasa Indonesia, maka akan diperoleh padanan kata “detik”. Detik merupakan satuan waktu yang paling sering digunakan ketika menghitung waktu. Kita sudah pasti mengetahui bahwa 1 jam setara dengan 3600 detik. Hal ini jelas menunjukkan setapa singkatnya satuan detik itu. Belakangan ini muncul istilah baru yang mulai populer dikalangan peneliti yaitu femtosecond. Sederhananya femtosecond adalah satuan waktu yang jauh lebih kecil dari satuan detik. Jika kita mencari literatur tentang femtosecond, maka akan ditemukan bahwa 1 femtosecond = 0,000000000000001 detik. Ya, satu femtosecond sama dengan satu per seribu triliun detik. Jika satu kedipan mata berlangsung dalam waktu 1 detik, maka dapat dibayangkan betapa singkatnya 1 femtosecond itu.

     Femtosecond ini sangat menarik perhatian peneliti, khususnya di bidang kimia. Sampai saat ini, masih banyak fenomena kimia yang sulit untuk dijelaskan karena waktu terjadinya yang sangat singkat. Contohnya bentuk senyawa transisi yang terbentuk ketika suatu zat bereaksi dengan zat lainnya. Contoh sederhananya dapat dilihat pada reaksi berikut.

A + B → [AB] → C

     Ketika zat A bereaksi dengan zat B, maka diakhir reaksi akan dihasilkan zat C yang mudah dideteksi oleh manusia. Namun, kenyataannya sebelum zat C terbentuk, zat A dan zat B terlebih dahulu membentuk zat AB dan zat AB inilah yang berubah menjadi zat C. Zat AB ini disebut sebagai “senyawa transisi”. Senyawa transisi seperti zat AB bersifat sangat tidak stabil sehingga ketika terbentuk, senyawa transisi ini akan dengan sangat cepat kembali berubah bentuk ke bentuk yang lebih stabil. Ketidakstabilan senyawa transisi ini membuat banyak peneliti yang kesulitan dalam mempelajari banyak mekanisme reaksi kimia. Disinilah mulai muncul istilah Femto-Chemistry. Femto-Chemistry adalah cabang ilmu kimia baru turunan dari cabang ilmu kimia fisika yang berkutat mengenai fenomena kimia yang berlangsung pada hitung femtosecond. Dengan penerapan ilmu Femto-Chemsitry, berbagai mekanisme reaksi kimia yang berlangsung dalam waktu yang sangat cepat dapat dipelajari. Penemunya adalah Ahmed Hassan Zewail yang memenangkan Nobel Prize In Chemistry  pada tahun 1999. Beliau adalah ilmuan berkebangsaan Mesir pertama yang memenangkan hadiah Nobel di bidang Kimia dan dianggap sebagai “Bapak Femto-Chemistry”. Beliau juga merupakan pemegang Kursi Professor Linus Pauling di California Institute of Technology yang berarti beliau dianggap setara dengan Ilmuan Terkenal Linus Pauling yang sering kita baca di buku kimia. Namun, beliau telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa pada tanggal 2 Agustus 2016. Mudah-mudahan ilmu beliau yang sangat bermanfaat ini dapat menjadi ladang amal bagi beliau. Mudah-mudahan informasi ini dapat menambah wawasan saudara/i tentang ilmu sains. Siapa tau ada yang bisa mengikuti jejak beliau menjadi pemenang Nobel Prize di bidang Kimia.